Unforgetable Moment.
Senin, 12- Desember- 2008.
Hujan deras saat itu menguyur kota Bandung, tapi itu semua tidak mengurungkan niat ku untuk tetap menggelar konser piano pertama. Aku bersyukur walaupun hujan sangat deras tetapi tamu undangan dan para penonton tetap menghadari konser ku, mungkin mereka penasaran dengan gembar-gembor seorang anak berusia 15 tahun dan bewaris tunggal Ranadiwangsa dapat membuat konser semegah ini dengan biayanya sendiri. Ya, itulah aku. Nama ku Alexsandra Celliana, aku memang benar pewaris tunggal keluarga Ranadiwangsa tetapi untuk konser ku ini aku berusaha sendiri agar terwujud, dari mulai membiayaan hingga konsep acara.
“Sandra, acaranya 20 menit lagi dimulai” kata Rara. Rara adalah anak dari supir ku yang sudah ku anggap sebagai Kakak ku sendiri.
“Oke ka, aku juga udah siap untuk menghibur para penonton “ sahut ku semangat, aku pun langsung melihat kearah panggung “tunggu kemana mama sama papa ya, ko belum sampai. Apa kejebak hujan deras?”. Aku pun langsung mengambil handphone dan mencari kontak “mama tercinta”.
Tut…. Tut…. Tut…. Tut… haduh lama bener si, pikir ku mulai khawatir dengan keadaan mama dan papa. Akhirnya suara mama pun terdengar.
“ Hallo sayang”. Suara mama terdengar lembut membuat aku menjadi sangat nyaman.
“ Hallo mah, mama sama papa dimana ?, acaranya 20 menit lagi mulai nih. Masa mama dan papa engga ngeliat aku pembukaan si.” Jelasku panjang lebar
“Sayang tunggu sebentar yah, mama sama papa lagi dijalan. Kalau nanti engga keburu, kamu pembuakaan aja dulu. Tampilin yang terbaik, buktiin kalau kamu emang layak buat konser tunggal ini. Mama sama papa sebentar lagi juga sampai, “
“ Hmmm, cepet ya mah, mah udah dulu yah konsernya mau mulai nih. Doain anak mu ini mah.
“Iya sayang mama sama papa selalu mendoakan kamu. Good luck yah. Bye sayang”
“ Bye mah..” telepon pun tertutup dengan akhir doa dari mama dan papa. Semua itu membuat ku semakin yakin akan konser ini.
Suara gemuruh penonton mulai terdengar, dan MC pun memamanggil nama ku untuk naik kepanggung “Ya, kita panggilkan pianis remaja Alexsandra Celliana” Tepukan tangan dan ramainya penonton membuat aku sangat bahagia.
“Selamat malam penonton” sapa ku semangat kepada para tamu undangan dan penonton. “Hari ini saya akan membuat hari anda bahagia, karena mendengar alunan pianino ku, Untuk lagu pertama saya akan memainkan lagu Bunda yang saya persembahkan untuk mama yang sedang dalam perjalanan, dan untuk semua para ibu yang senang tiasa menemani anak-anaknya dalam suka dan duka. Selamat menikmati”
Tepukan penonton membuat ku sangat semangat, aku pun langsung mengambil posisi untuk memainkan piano ku. Nada, demi nada aku lantunkan dengan lembut.
Ku buka album biru.
Penuh debu dan using
Ku pandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda
Fikir ku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayat ku
Kata mereka, diriku
Selalu di manja
Kata mereka, diriku
Selalu ditimang..
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada didalam hatiku..
Lantuan lembut piano ku dan suara ku yang merdu membuat semua orang tersenyum bangga, tetapi entah mengapa hatiku merasa gundah dan gelisah.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Pak Irawan (ayah Sandra) melajukan mobilnya dengan sangat cepat menembus hujan deras yang mengguyur Jakarta.
“Pah, cepetan dong bawa mobilnya. Sandra udah tampil pembukaan nih” kata bu Irawan tak sabar.
“Iya mah, ini juga papa udah ngebut banget.” Sahut pak Irawan
Tanpa mereka sadari mobil mereka melaju dengan kecepatan sangat maksimal, dan tiba-tiba mobil berlawanan arah yang sedang melaju cepat membunyikan klakson. Pak Irawan pun langsung membanting stir mobilnya kearah kiri.
“Papahhhhhh…. Sebelah kiri jurang” teriak bu Irawan histeris.
Kecelakan pun tak terelakan mobil jazz D 5472 RA milik Pak Irawan jatuh ke jurang yang dalamnya 5 meter. Sementara mobil yang jazz hitam D 4799 A yang beralawn arah tadi menabrak rumah warga.
